Kebatilan Syi'ah
Sedikit dari Sekian Banyak kebatilan di tubuh Syi’ah
Penindasan dan kehinaan yang diderita
oleh umat Islam saat ini, menjadikan sebagian umat Islam menyerukan agar
diadakan konsolidasi antar semua aliran yang ada. Konsolidasi
yangsalah kaprah! Sehingga tidak meng-hasilkan apapun. Di antara upaya
konsoli-dasi dan merapatkan barisan yang terbukti salah kaprah adalah
upaya merapatkan barisan Ahlussunnah dengan sekte Syi’ah, dengan menutup
mata dari berbagai pe-nyelewengan dan kekufuran. Konsolidasi semacam
ini bukannya memperkuat barisan umat Islam, namun bahkan sebaliknya,
meruntuhkan kekuatan umat Islam. Per-satuan tidak akan tegak kecuali
dibangun di atas kebenaran.
Ada hal yang fundamental, yang tidak
dipahami atau mungkin pura-pura tidak dipahami oleh para penggagas
konsolidasi, yaitu mereka mengira bahwa perbedaan antara Ahlussunnah
dengan Syi’ah sebatas perbedaan furu’(cabang) bukan ushul
(pokok), antara ke-Islaman dan kekafiran. Perbedaan kita dengan Syi’ah
Raafidhah khususnya adalah perbedaan ushul(pokok-pokok agama) dan bahkan furu’ yang keduanya tidak mungkin disatukan kecualikalau salah satunya meninggalkan ajaran agamanya. Di antara perbedaan ushul (pokok) yang sangat mendasar sekali yang kalau diyakini oleh seseorang maka akan menyebabkan seorang itu murtad yaitu:
Pertama;keyakinan
mereka bahwa al-Qur’an yang ada di tangan kaum mus-limin saat ini, yang
dibaca, yang dihafal, yang diwahyukan kepada hambaNya dan Rosul-Nya,
Muhammad a‘alaihi wa sallammelalui perantara Malaikat Jibril
‘alaihissalam, telah tidak asli lagi. Menurut Syi’ah, al-Qur’an telah
dirubah, atau dikurangi oleh para sahabat yang dipimpin oleh tiga
sahabat mulia yaitu Abu Bakar, Umar, dan Utsman dan para sahabat lainnya
rodhiallohu ‘anhum. Keyakinan ini adalah keyakinan kufur kepada
seluruh isi al-Qur’an, karena Alloh subhanahu wa ta’ala telah
berfirman:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”(QS. al-Hijr[15]:9)
Sedangkan ajaran Rafidhah yang
terus-menerus mereka katakan sampai saat ini, baik dengan lisan maupun
tulisan bahwa al-Qur’an yang asli adalah al-Qur’an yang tiga kali lebih
besar dibandingkan al-Qur’an kita yang ada sekarang dan sangat berbeda
isinya. Al-Qur’anmereka ini nanti akan dibawa oleh imam Mahdi menurut
versi mereka dan dinamakan Mushaf Fathimah. Inilah keyakinan mereka,
walaupun sebagian mereka mengingkarinya tetapi pengingkaran itu hanya
o-mong kosong karena ini merupakan taqiyah mereka.
Kalau keyakinan ini diyakini oleh kaum muslimin maka tidak diragukan lagi bahwa dia telah murtad, keluar dari dari agama Islam.
Kedua; pengkafiran
terhadap hampir se-luruh sahabat Rosululloh‘alaihi wa sallam, seperti
Abu Bakar as-shidiq, Umar al-Faruq, Utsman Dzunnurain rodhiallohu ‘anhu
seluruh sahabat Rosululloh subhanahu wa ta’ala kecuali beberpa sahabat
yang jumlahnya sangat sedikit sedangkan selain yang sedikit ini
semuanya kafir. Keyakinan ini berarti kafir terhadap ayat-ayat
al-Qur’an yang menyatakan bahwa standar keimanan kaum muslimin adalah
keimanan para sahabat, keridhaan Alloh subhanahu wa ta’alaterhadap
mereka dan lain-lain. Kalau seorang muslim dan muslimah meyakini
keyakinan ini berarti mereka telah murtad, keluar dari Islam.
Satu keyakinan Rafidhah di atas itu saja
sudah tidak mungkin disatukan dengan keyakinan yang ada dalam Islam.
Artinya, tidak mungkin seorang muslim dan seorang Rafidhi (Penganut
agama Syi’ah) bersatu karena keyakinannya sangat berbeda. Ini
berdasarkan dalilnaqliyahdan aqliyahyang shohih yang memiliki ketegasan.
Oleh kerena itu para ulama zaman dahulumenyatakan bahwa orang yang paling bodoh terhadap dalil-dalil naqliyah dan aqliyah
serta paling sesat jalannya di anatara orang-orang yang mengaku Islam
adalah Syi’ah atau Rafidhah ini. Karena dengan tegas, mereka membenarkan
apa yang didustakan dengan dalil-dalil naqli-yah sami’yah (dalil-dalil
dari al-Qur’andan sunnah) dan yang didustakan oleh akal. Sebaliknya,
mereka mendustkan apa yang jelas dan terang yang telah datang dari
dalil-dalil naqliyah sam’iyah dan berdasarkan akal yang shahih. (Minhajus sunnah, 1/8)
Ketiga; perbedaan ushul
(pokok) lainnya adalah penyembahan terhadap manusia. Di antara
orang-orang yang menisbatkan diri kepada Islam, yang pertama kali
membangun kubur-kubur dan kubah-kubah adalah kaum Rafidhah. Mereka
mengadakan peribadatan kepada selain Alloh subhanahu wa ta’ala. Padahal
ini sangat di-haramkan dalam Islam dan merupakan syirikbesar. Mewakili
pengikutnya, Khomaini dalam bukunnya al-Hukumatul al-Islamyah, halaman
52 mengatakan: “Sesungguhnya sesuatu yang pasti dari madzhab kami bahwa
imam-imam kami memiliki kedudukan yang tidak bisa dicapai oleh
seseorang baik seorang rosul yang diutus maupun oleh malaikat yang
dekat.” Ini pernyataan tegas Khomaini. Ini menunjukkan sikap ghuluw mereka terhadap para imam mereka, yang mereka klaim memiliki derajat yang lebih tinggi dari para nabi dan rosul.
Dalam kitab yang sama, Khomaini
me-nyatakan bahwa imam mereka tidak pernah lupa dan lalai. Ini adalah
sifat Alloh subhanahu wa ta’alakarena hanya Alloh lah yang tidak pernah
lupa dan lalai. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan tidaklah Tuhanmu lupa.”(QS. Maryam [19]:46)
Ini merupakan salah satu bentuk
penyem-bahan terhadap makhluk. Keyakinan seperti ini tidak mungkin bisa
disatukan dengan seorang muslim yang beraqidah shohih, yang bermanhaj
dengan manhaj salaful ummah, yang hanya ruku’ dan sujud kepda Alloh
subhanahu wa ta’ala, karena itu mereka membangun kuburan dan merekalah
yang pertama kali memasukan penyembahan terhadap kubur ke dalam Islam,
membangunya serta mendirikan kubah-kubah.
Itulah beberapa ushul di antara
banyaknya ushul yang membedakan Rafidhah dengan Islam sehingga tidak
mungkin disatukan kecuali salah satunya meninggalkan agamanya.
Masalah ini sering tidak diketahui oleh
tokoh-tokoh kaum muslimin khususnya di negeri kita ini. Karena Syi’ah
selalu menyem-bunyikan keyakinan-keyakinan mereka kepadaorang-orang yang
belum menjadi pengikut setia mereka.Tetapi jika mereka sudah tahu, dan
masih menghendaki konsolidasi tersebut, maka wal’iyadzubillah.
Semoga kita dijauhkan dari para pemimpin seperti itu, dan lebih
didekatkan dengan para ulama Robbani, yang mereka berpe-gang teguh
kepada sunnah Rosululloh shalallohu ‘alaihi wa sallamdan para sahabat
Beliaurodhiallohu ‘anhum.
0 komentar:
Posting Komentar